

Jakarta, Jurnas.com – One of the efforts made by the Ministry of Agriculture to boost productivity is to control Plant Pest Organisms (OPT) through Integrated Pest Management (PHT).
The Minister of Agriculture, Syahrul Yasin Limpo said, the goals of agricultural development and are to increase production, improve quality, increase planting intensity, and environmentally friendly cultivation through integrated pest management.
“Indonesian farmers must not be left behind, because many technological and mechanization innovations have been made to increase agricultural productivity,” said Minister of Agriculture Syahrul.
The Head of the Agricultural Resources Extension and Development Agency (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi said the IPM training activities were aimed at maintaining and increasing agricultural productivity.
“Pests and diseases trigger plant damage, resulting in decreased productivity and crop failure. Therefore, pests and diseases need to be controlled if the population exceeds the economic threshold,” he said.
One of the Ministry of Agriculture’s efforts to disseminate environmentally friendly agriculture is the Field School (SL). This activity is expected to increase the knowledge, attitude and behavior of farmers, so as to realize advanced, independent and modern agriculture.
Earlier this year, the Readsi Project through DPMO again carried out FFS activities for the farmer groups assisted by the Readsi Project with a total of 126 groups and 3,150 farmer group members spread across six sub-districts and 18 regional villages in Pohuwato District.
The Mawar Farmers Group in Suka Damai Village, Lemito District, Pohuwato Regency, Gorontalo was one of them who received materials for FS activities related to IPM.
Field assistant extension worker (PPL), Aripin Suleman explained that IPM is an integrated agricultural management program that pays attention to ecological, economic and cultural aspects to create a sustainable agricultural system.
“The IPM principle consists of cultivating healthy plants, preserving and utilizing the role of natural enemies, monitoring land regularly and finally farmers as IPM experts,” explained Aripin when delivering material (5/4).
Through this FS, people come to understand that natural enemies must be protected such as predators/animals with larger bodies as predators that eat smaller animals as prey.
“We as farmers cannot continue to depend on products that contain chemicals. This is because the use of chemicals for a long time will cause environmental damage,” he added.
Source : Jurnas.com
Language : Bahasa
Jakarta, Jurnas.com – Salah satu upaya yang dilakukan Kementerian Pertanian untuk menggenjot produktivitas adalah dengan mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) melalui Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan, tujuan pembangunan pertanian dan adalah peningkatan produksi, peningkatan kualitas, meningkatkan intensitas pertanaman, serta budidaya yang ramah lingkungan melalui pengelolaan hama terpadu.
“Petani Indonesia tidak boleh tertinggal, karena banyak inovasi teknologi dan mekanisasi dibuat untuk meningkatkan produktivitas pertanian,” kata Mentan Syahrul.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan kegiatan pelatihan PHT bertujuan menjaga sekaligus meningkatkan produktivitas pertanian.
“Hama dan penyakit memicu kerusakan tanaman, akibatnya produktivitas menurun hingga gagal panen. Maka dari itu, hama dan penyakit perlu dikendalikan apabila populasinya melampaui ambang ekonomi,” kata dia.
Salah satu upaya, Kementan dalam mendesiminasikan pertanian ramah lingkungan adalah Sekolah Lapang (SL). Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku petani, sehingga dapat mewujudkan pertanian yang maju, mandiri, dan modern.
Awal tahun ini, Project Readsi melalui DPMO kembali melaksanakan kegiatan SL bagi kelompok tani binaan Project Readsi dengan jumlah 126 kelompok dan peserta 3.150 anggota kelompok tani yang tersebar di enam kecamatan dan 18 desa wilayah di Kabupaten Pohuwato.
Kelompok Tani Mawar di Desa Suka Damai, Kecamatan Lemito, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo salah satu di antaranya yang menerima materi kegiatan SL terkait PHT.
Penyuluh pendamping lapangan (PPL), Aripin Suleman menjelaskan bahwa PHT merupakan program pengelolaan pertanian secara terpadu yang memperhatikan aspek-aspek ekologi, ekonomi, dan budaya untuk menciptakan suatu sistem pertanian yang berkelanjutan.
“Prinsip PHT terdiri dari budidaya tanaman sehat, pelestarian, dan pendayagunaan peran musuh alami, pemantauan lahan secara rutin dan terakhir petani sebagai ahli PHT,” jelas Aripin saat menyampaikan materi (5/4).
Melalui SL ini, masyarakat jadi paham bahwa musuh alami harus dilindungi seperti predator/binatang yang ukuran tubuhnya lebih besar sebagai pemangsa yang memakan binatang yang lebih kecil sebagai mangsa.
“Kita sebagai petani tidak bisa terus menerus bergantung pada produk yang mengandung bahan-bahan kimia. Sebab, penggunaan bahan kimia dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan lingkungan,” imbuh dia.
Sumber : Jurnas.com